hariancentral.net | Tebing Tinggi - Dalam pembangunan kota PUPRT.Tinggi terkesan hanya menyerap anggaran lalu membuang ke parit. Toh urusan drainase tak kunjung membaik. Setiap kali hujan jalan tetap banjir, parit tetap mampet.
Menyimak awal pembuatan parit salah satunya diamati Harian Central di Kawasan Jalan Baja, berbiaya Rp Rp 490.183.736,37 (empat ratus sembilan puluh juta, seratus delapan puluh tiga ribu, tujuh ratus tiga puluh tujuh, koma tiga puluh tujuh rupiah) dibangun di atas kerukan tanah. Mal penyanggah dipasang supaya adonan cor tercetak mulus. Namun setelah kita teliti, ternyata adonan cor yang dipoles semen berukuran 14 cm si kedua bibir parit itu tidak demikian sampai ke bawah. Adonan cor dipoles di kedalaman 110 cm panjang 350 meter itu ternyata hanya berkisar 8 cm di kedalaman yang ditutup dengan siraman cor lantai.
Diduga mengurangi volume, baik pada dinding parit berbentuk kubus terjadi di sana.
Keganjilan yang tak tertutupi parit yang dikorek di kedalaman tertentu akan merembes air, sebab itu lumpur senestinya dikeruk dipasang batu supaya stabil cor yang akan dibangun di atasnya. Namun tak tampak pelaksana memasang batu sebagai pondasi cor tersebut. Sekiranya mal dibuka, maka rembesan air akan melelehkan cor-coran yang volumenya sudah berkurang, maka dengan cepat bangunan drainase tanpa pondasi itu keropos dari bawah, mengikuti gravitasi demikian akan melendut perlahan dari atas karena drainase tanpa pondasi.
Perlu dipahami jika struktur drainase dibangun dengan asal-asalan seperti di Jalan Baja yang sekarang sedang dibangun maka bisa dipastikan PUPR membuang anggaran ke parit. Tanpa profesionalitas, bangunan drainase itu menyedot biaya tinggi tapi hasil amburadul.
Ketika hal ini dikonfirmasi ke Kabid SDA (Sumber Daya Air) Dinas PUPR T.Tinggi, Kabid tersebut tidak berada di kantor, Senin (3/6/2024)


